Portal Dunia Lain di Pemandian Air Panas #2. “Portal Gaib apaan sih, Mir?” tanya Wildan. Ternyata dia mendengar ucapanku barusan. “Semacam pintu untuk masuk ke alam ‘mereka’. Lebih simpelnya, fungsinya mirip pintu Doraemon.” jelasku. “Jadi bentuknya kaya Pintu Doraemon?” “Fungsi woi, bukan bentuknya. Kalau bentuknya kaya lubang hitam, biasanya kecil. Cuman yang disini lebih gede. Ntah tumben-tumbenan.” “Owh begitu ... baru tau gw. Untung gak bisa liat,” ucap Wildan diiringi tawa. “Sebenernya lu ada yang jaga, Dan. Cuman lu nolak terus,” ucapku. “Hah? Masa sih, bentuknya apaan?” “Cewe cantik bajunya kuning.” “Sekarang ikut?” “Ada tuh, di atas pohon kelapa,” balasku sambil menunjuk pohon kelapa. Wildan dan Hendra langsung melihat ke atas pohon kelapa. “Wanjrit, baru liat gw yang begituan. Cantik asli, Dan,” ucap Hendra tersenyum. “Argh, curiga gw. Apaan sih?” “Itu Kuntilanak Kuning, Mir?” tanya Hendra. “Iya, cantik kan? Beda sama yang putih.” “Tuhkan ... masa penjaga gw Kunti.” * Tak terasa, kami sudah sampai di depan pintu masuk pemandian air panas. Tiba-tiba, Hendra menghentikan langkahnya. Aku dan Wildan pun keheranan. “Napa lu, Dra?” tanyaku. “Yakin masuk?” “Udah di depan muka, masa gak masuk,” balasku. “Tapi ....” “Kenapa sih?” tanya Wildan. “Ini Mang Genta, gak bisa masuk.” “Eh masa?” Aku pun mulai fokus, melihat area pintu masuk. Ternyata ada portal lain yang terbuka, tepat di dekat pintu masuk. Hanya saja yang ini berbeda dengan yang di parkiran. Portalnya lebih besar dan ‘mereka’ yang hilir mudik lebih banyak yang auranya positif. Selain itu, ada seperti pagar tak kasat mata, yang melindungi area pemandian. • “Mang Genta kan termasuk positif, kenapa gak boleh masuk?” tanyaku dalam hati. “Selain anggota kerajaan, dilarang masuk,” balas Si Hitam (Macan Kumbang). “Oalah, ini berarti undangan dari kerajaan ya? Kenapa gak ngomong daritadi,” balasku. “Biar ada kejutan.” • “Jadi gimana, Mir?” tanya Hendra. “Masuk aja gak apa-apa, biar Mang Genta temenin penjaganya Wildan di pohon kelapa,” balasku lalu tertawa. “Ih, ngomongin itu lagi,” ucap Wildan sambil berjalan mendahului kami masuk ke dalam. Sedangkan Hendra masih nampak ragu melangkah. “Bentar deh, Mir. Lu belum bilang alasannya Mang Genta gak bisa masuk.” “Intinya cuman anggota kerajaan aja yang bisa masuk, gitu.” “Oh ... jadi Si Item itu anggota kerajaan juga?” Aku hanya membalasnya dengan anggukan, kemudian berlalu masuk ke dalam. Wildan sudah berdiri menunggu kami di pinggir kolam. “Sekarang udah jam setengah dua malem, tapi masih lumayan banyak aja yang berendem,” ucap Wildan ketika aku menghampirinya. Aku pun hanya bisa tersenyum tipis. Yap ... yang dilihat Wildan sebagian besar bukanlah manusia. Hendra pun datang menghampiriku, walaupun masih terlihat keraguan di wajahnya. “Mir, ini orang semua?” bisiknya. Aku pun menggelengkan kepala. Singkat cerita kami pun akhirnya berendam, memilih tempat yang agak sepi. Di depan kami ada seorang bapak sedang berendam. Sekitar 10 menit kemudian, dia beranjak dari tempatnya, ke luar dari kolam. Ketika sedang berjalan di pinggir kolam, dia menatapku lalu tersenyum. Aku pun membalasnya, lalu memperhatikan gerak-geriknya . “Oh bukan manusia,” ucapku dalam hati, ketika melihatnya melangkah melawati permukaan air, menuju pintu masuk. • “Liat tuh, jam segini ada cewe hamil yang berendem,” ucap Wildan menunjuk area kolam di depan kami. Aku dan Hendra hanya saling lirik, tidak menjawab ucapannya. Sama dengan bapak tadi, wanita itu pun bukanlah manusia. Ketika selesai berendam, dia menghilang di balik rimbunnya pepohonan di samping kolam. “Mir, udah belum? Lama amat, bisa mateng gw,” bisik Hendra. “Wildan aja santai tuh, dia lagi liatin ‘cewe cantik’ di kolam sebrang,” balasku. “Kok dia bisa masuk?” “Entah lah.” • “Dia datang,” bisik Si Hitam. Aku mengamati setiap sudut area pemandian, namun tidak ada sesuatu yang datang. “Di sana, di pintu masuk,” ucapnya. Dari pintu masuk aku melihat ada cahaya putih perlahan-lahan mendekat. Lambat laun, cahaya itu berbentuk seperti manusia. Seorang wanita, baru saja memasuki area pemandian. Gaunnya panjang berwarna biru polos. Wajahnya nampak ayu, khas wanita tanah sunda. Rambutnya panjang sampai lutut. Dia juga mengenakan ikat pinggang dan mahkota emas. Di tangan kanan dan kirinya, ada sebuah selendang biru yang tergantung dan menjuntai hingga ke tanah. • “Ratu sudah datang,” ucap Si Hitam. Aku melihat ekspresi Hendra, sepertinya dia tidak melihat kehadirannya. Namun ... ada sesuatu yang menggangguku. Sosok yang daritadi berjalan di samping Sang Ratu. Sepertinya aku mengenalnya. Bukankah itu ...?
BERSAMBUNG