Tuyul Kiriman. Di zaman yang serba modern ini, beberapa orang pernah curhat padaku, kalau uangnya sering hilang secara tiba-tiba. Hilangnya agak aneh, hanya nominal tertentu saja.
Keaneh semakin bertambah, ketika uang di dalam celengan pun ikut raib. Bayangkan saja, maling mana yang kurang kerjaan sodok-sodok uang 50.000-an di celengan. Luar biasanya bisa dapat semua, tanpa ada yang tertinggal. Menyisakan uang 10.000 dan 20.000.
Kesal, pastinya sangat kesal. Uang yang dikumpulkan untuk keperluan darurat malah raib. Dia pun akhirnya menduga-duga, ini pasti ulah Tuyul.
“Bener gak?” tanyanya padaku.
“Bisa iya ... bisa juga enggak. Cuman kalau dilihat dari ciri-cirinya mungkin bener itu ulah Tuyul,” balasku.
Di Indonesia, faktor ekonomi selalu dijadikan landasan untuk melakukan pemujaan terhadap anak bocah ini (red: Tuyul). Bahkan aku pernah bertemu sesosok anak kecil yang mati ditumbalkan oleh ibunya. Hanya sebagai syarat untuk melakukan pemujaan kepada Tuyul.
*
Lalu bagaimana cara kerja Tuyul?
Anggapan kebanyakan orang, Tuyul ini mengambil uang secara manual. Ya ... seperti film-film tahun 90-an, yang pemerannya Ateng dan Iskak. Mereka masuk ke dalam rumah, lalu mengambil uang di lemari. Sayangnya itu hanya ada di film saja.
Kenyataannya, dalam menjalankan tugasnya, Tuyul ini hanya berdiri saja di depan rumah. Lalu menggesek-gesekan tangannya. Secara gaib, nominal uang yang diincarnya akan berpindah ke tangannya.
Keren, Kan?
Jadi segala macam usaha pencegahan, seperti menaruh baskom berisi kepiting di dalam rumah. Terkadang berakhir sia-sia. Uang masih saja hilang.
Biasanya aku menyarankan agar menyimpang uang di dekat Al Qur’an. Lalu mengaji selepas magrib, soalnya itu jam-jamnya mereka ke luar mencari mangsa.
*
Aku jadi ingat tentang mitos Tuyul vs cermin. Katanya, kalau Tuyul jika dikasih cermin, dia akan asik bercermin, hingga lupa akan tugasnya.
Namun, pengalamanku malah berbeda. Ketika sedang bermain di rumah teman. Tanpa sengaja, salah satu penjagaku ada yang iseng, menangkap Tuyul yang lewat di depan rumahnya.
Singkat cerita, kukasih dia cermin. Bukannya asik berkaca ria, eh ... dia malah nangis.
“Kok muka saya jelek,” kata Tuyul itu sambil menangis. Sepanjang malam, Tuyul ini dijadikan bahan olok-olokanku dan teman-teman.
*
Pernah juga, ketika mati lampu. AKu sedang berjalan-berjalan di sekitaran perumahan, tempatku tinggal.
Anggap saja rumahku di Blok A. Nah ... pada malam itu aku sedang jalan-jalan ke Blok C, bersama seorang teman.
Ketika sedang jalan-jalan santai di Blok C. Dari kejauhan kulihat ada empat cahaya merah. Tepatnya di rumah paling ujung.
Penasaran ... kuhampiri cahaya itu. Ternyata oh ternyata, ada dua anak kecil botak bermata merah sedang duduk di depan rumah itu. Melihatku yang datang mendekat, mereka langsung berdiri. Mendesis, sambil menunjukan giginya yang bertaring.
Itu sih namanya cari gara-gara. Aku langsung ambil tindakan, mengikat kedua bocah itu, lalu dipulangkan ke pemiliknya..
*
Beberapa hari berlalu, tiba-tiba ....
Saat malam jumat, aku mendengar ada suara isak tangis dari luar rumah. Tangis seorang anak kecil. Biasanya khusus hantu anak kecil, kuperbolehkan masuk, asalkan tidak bandel.
Anak kecil yang satu ini ternyata beda. Badannya saja anak kecil, tapi mukanya tua sekali.
“Oh Tuyul ternyata,” ucapku ketika melihatnya terikat di pohon mangga depan rumah.
“Siapa yang ngirim kamu ke sini?” tanyaku.
Dia pun menceritakan, kalau yang mengirimnya adalah pemilik dari tuyul yang pernah kuikat. Katanya, dia datang untuk mengerjaiku.
Entah apa yang ada di pikiran sang Pengirim, mengirim anak bocah ke rumah. Yang ada dia jadi bulan-bulan penjaga rumah. Ibaratnya masuk ke kadang Macan.
“Tolong lepaskan saya.” Si Tuyul itu menangis, meminta ikatannya dilepas.
“Siapa yang ikat kamu?”
“Wanita jelek itu,” ucapnya menunjuk Si Merah yang daritadi tertawa sambil ongkang-ongkang kaki di salah satu dahan pohon mangga.
“Itu kerjaan kamu?” tanyaku pada sosok Kuntilanak Merah itu. Dia pun menggangguk pelan, lalu kembali tertawa melihat rengekan Tuyul itu.
Aku pun melepaskan ikatannya dan memintanya untuk tidak kembali lagi. Katanya, dia juga kapok main ke rumahku.
SEKIAN
0 Comment:
Posting Komentar